Jumat, 30 Oktober 2015

You're My Best

    Siang yang terik, begitu menyengat dikulit. Seorang gadis yang berjalan pulang dengan cepat. Tiba-tiba, 'BRUKK' buku berjatuhan, dia tidak tahu apa yang terjadi. Saat dilihatnya, seorang cowok keren dengan headset di telinganya berada di depannya. KYAA... ternyata seorang yang disukainya. "Maafkan aku", kata cowok tadi. "Aku suka padamu. Jadilah pacarku!", lanjutnya dengan wajah memerah. Wajah gadis tadi juga memerah dan dalam hati berkata,"Benarkah? Apa ini mimpi?". Gadis tadi mencoba untuk menjawabnya, "Ak.. aku...". TET.. TET.. TET.., ada bunyi yang mengganggu telinganya. "Apa itu? Ah, ternyata lagi-lagi...", berkata dengan mematikan alarm yang berbunyi. "Seandainya itu benar terjadi, tapi, siapa cowok tadi?", bertanya kepada dirinya sendiri.


--


    Pagi yang indah, cocok untuk memulai hari yang indah ini,
tetapi dia selalu sendiri. Tak ada yang memperhatikan karena mungkin dandanannya yang menurut teman-temannya sedikit kurang gaul atau culun. DING DONG... bel masuk pun berbunyi. Terasa sedikit lega, karena kesepian mulai hilang disaat jam pelajaran dimulai. Tak lama lagi, pak guru pun datang dengan seorang siswi yang belum dikenal. Dia cantik dan sepertinya dia termasuk siswi yang tidak suka berteman dengannya. Pak guru mempernyilahkan untuk seorang siswi tersebut mengenalkan dirinya. "Hai, aku Rina, senang berteman dengan kalian!", dengan nada yang semangat. Pak guru menyilahkan duduk di samping Dinda. Dia datang dan senyum kepadanya sambil berkata, "Hai aku Rina, aku duduk disini ya?". Baru ini ada anak yang melihatnya dengan tulus. TET..TET.. bel istirahat berbunyi. "Din, ayo ke kantin!", ajak Rina. Baru ini juga ada seseorang yang mengajaknya pergi bersama. "Hei, Din, kenapa? Ayo!", Rina menarik Dinda.
    "Rumahmu mana?", Rina bertanya pada Dinda, "Blok B sini.", Dinda yang sambil menunjukkan arah, "wah, deketan, aku blok C sih.. Bareng ya?", tetapi, CITT.. "Loh, eh, loh, kak, kok dijemput sih? Aku kan sudah bilang mau pulang bareng temen", Rina dengan kakaknya. "Din, aku bareng kakak, ya? Maaf ya, kapan-kapan kita pulang bareng, ya? Dah.." BRUMM... pergilah mobil yang membawa Rina. Tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol bahu Dinda. Dia berkata, "Ah, maaf ya?", dan langsung melesat. Dia seperti seseorang yang tak asing bagi Dinda, tapi entah dimana pernah melihatnya.


--


    Keluarlah Dinda dari toko buku dekat rumahnya dengan membawa komik yang disukainya. Dinda duduk di sebelah toko buku dan di depan lapangan basket. Kemudian seseorang menempelkan minuman dingin di pipi Dinda, dengan kaget, "Dingin! Siapa ini?", Dinda menoleh ke belakang, oh, Rina? Kenapa dia disini? "Kamu ngapain disini?", tanya Rina, "habis dari toko buku, kamu juga, kalau dilihat-lihat kamu ikut basket, ya?", membalas bertanya. "Ahaha, peramal ya? Iya, Din, mau ikutan? Aku kenalin ke temenku. Ada anak yang dari SMA kita, dia keren, kayaknya aku suka deh sama dia.", kata Rina. "Ah, enggak deh Rin, aku nggak jago main basket. Aku pulang aja deh, sudah sore nih. Dah..", Dinda beranjak dari sana dan pulang.
    "Sepertinya Rina anak yang keren, dia anak baru tapi sudah populer, aku juga mau sepertinya jago basket, cantik, dan dia nggak pilih-pilih teman. Tuhan, biarkan aku dan Rina tetap menjadi teman baik... Semoga besok menjadi hari yang menyenangkan", tertulis dalam buku Dinda.


--


    "Pagi!", sapa Rina, "Pagi...", dengan nada lesu. "Kamu kenapa sih, Din? Lagi nggak enak badan? Yang semangat dong, Dinda kan biasanya semangat. Eh, Din, kamu masih inget cowok yang aku bilangin kemarin nggak? Tadi dia datangnya bareng aku, kyaa... lucunya". "Ah, kamu pagi-pagi udah kayak gitu, ya. Emang kalo cinta itu pembuat semangat, ya. Aku jadi mau, biar semangat terus.", kataku. "Eh, eh, tumben bilangnya kayak gitu? hayo... ada apa? pasti kamu juga lagi naksir cowok? ya, kan? ya, kan?", sindir Rina. "Ah enggak lah." DING DONG...bel masuk berbunyi.
    DING DING DONG... akhirnya bel pulang berbunyi, hari ini Rina tidak pulang bersama. Dinda membaca komiknya. BRUK.. "Ah, maaf, aku nggak lihat jalan, maaf, ya?". Seorang di depannya mengambilkan komik yang terjatuh, "Nih!", kata cowok tadi. "Ah, makasih, ya?". Cowok itu lagi! "Kamu suka komik? suka anime?", tanya cowok tadi. "Ah, iya, kenapa?". "Wah, sama, oh ya, namamu siapa?", tanya cowok tadi. "aku Dinda", "ah, iya, okelah, sampai jumpai lagi!", kata cowok tersebut tanpa mengenalkan namanya dan pergi menjauhinya.
    Pertemanan mereka semakin dekat. Ternyata cowok tadi bernama Rizky. Tapi, hubungan pertemanan mereka belum diketahui Rina. Sampai hubungan pertemanan mereka diketahui Rina dan dia bertanya, "Eh, Din, kamu kenal Rizky?", "Rizky kelas C itu? Iya Rin, kenapa?", tanya Dinda dengan polosnya. Tiba-tiba, Rina meminta bertukar bangku dengan orang lain dan tanpa menjawab tanya Dinda. Rina yang dulunya semangat, sekarang terlihat lesu. Dalam hati Dinda, "Kenapa, Rina? Sepertinya dia menghindariku. Apa aku berbuat salah padanya? Atau jangan-jangan..."
    Bel pulang berbunyi. Dinda yang biasanya pulang bersama Rina, kini dia sendiri lagi. Tetapi, terdengar suara sepatu yang mendekat. "Hei! Sendiri aja, cie, haha, mana loh temenmu yang biasanya itu?", tanya Rizky. "Kenapa Din? ada masalah? Cerita dong. Nggak kayak kamu biasanya loh", lanjut Rizky. "Nggak papa Riz, aku minta kamu jauh-jauh dari aku ya? maaf ya?", kemudian Dinda lari menjauh.
    "Rin, kamu kenapa? apa karena Rizky? Apa dia orang yang kamu sukai? Aku juga menyukainya, tapi aku akan bersikap seperti tidak menyukainya supaya kamu tetap menjadi temanku. Kamu adalah temanku yang pertama yang mau menerimaku, aku senang berteman denganmu, sangaaatt senang!", yang ditulis dalam diary-nya sepulang sekolah.
    Sore harinya, Dinda mendapat pesan, 
"Hei, Din, ini aku Rizky, kamu ada apa? cerita dong? Aku kan kangen tawamu, meskipun cuma sehari ini. Entah kenapa aku senang dekat denganmu. Kita memiliki kesamaan, sama-sama menyukai anime/manga, aku rasa karena itu aku senang. Aku menyukaimu Dinda."
    Dinda terkaget menerima pesan ini. Karena Dinda merasa bingung, menurutnya untuk keluar rumah sebentar Berjalan-jalan dan duduk di samping lapangan basket. Dinda mendapat pesan lagi.
"Hei Din, apa kamu sudah baca pesanku sebelumnya? kamu dimana? Aku merasa bersalah karena kurasa waktunya kurang tepat untuk bicara hal yang seperti itu. Tapi aku resah, gelisah, aku takut, semakin lama mengundur bicara seperti itu, aku mungkin kehilanganmu. Maaf telah menggangggumu. -Rizky"
    Semakin bingung dan gelisah perasaan Dinda. Dinda merasa bingung, harus membalas apa? mengaatakan apa? Dia memilih tidak menjawabnya. Tetapi, tiba-tiba dari belakang, "DORRR...!! Selamat ulang tahun Dinda!", kata Rina dengan membawa kue tart berukuran sedang dan Rina menyanyikan lagu untuk Dinda. Rina yang terkejut sampai dia baru saja mengingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dinda bertanya dengan nada yang terseduh senang,"Kamu ini kenapa? Jadi yang di sekolah tadi? Hei, aku sungguh merasa kehilanganmu". Rina tertawa dan memeluk erat Dinda, "Hahaha, iya dong, gimana skenarioku? bagus, kan, bagus, kan?", "Jadi yang pesan tadi juga skenario? Ah apaan sih kalian ini? Aku kan jadi bingung", jawab kesal Dinda. "Loh, pesan apa, Din? aku nggak tahu, kenapa Din?", tanya bingung Rina.
    "Ah jangan sok nggak tau gitu deh, nggak lucu loh, Rin. Ah lupakan! Jadi kamu nggak marah, kan? Apa kamu suka Rizky? Kamu nggak pernah cerita ke aku siapa cowok yang kamu sukai. Jadinya aku nggak tahu, maaf ya, Rin?", sesal Dinda, "Ah, apaan sih, enggak, tahu! Aku nggak suka Rizky, aku udah jadian sama itu, tuh.", menunjuk cowok yang sedang main basket. "Rizky mah, em, gitu deh, emang kenapa kamu sama Rizky?", lanjut Rina. Dengan tersenyum lebar Dinda berkata, "Ah, ngapapa"


--


    Pagi yang indah. Kacamata yang selalu dipakainya pun tidak lupa, hanya rambut yang terurai panjang dengan seragam putih abu-abu sangat terlihat cocok dipakainya. Terlihat seorang cowok di depan gerbang yang menunggunya. "Maaf, nunggu lama, ya?", kata Dinda kepada cowok tersebut. "Enggak kok, Din", kata cowok tadi. "Udah baca ini, Riz? keren, kan ceritanya?", kata Dinda. Ternyata cowok tadi itu Rizky. Kemudian, terdengar suara motor yang mendekat. Tidak lain tidak bukan adalah Rina dan pasangannya. Dan mereka siap menuju sekolah. Mereka layaknya sahabat yang tidak terpisahkan. Ya, itulah yang harusnya terjadi, kebersamaan adalah suatu harta yang tidak semua orang miliki. Bersyukurlah karena kalian masih bisa bersama.